Jumat, 20 November 2015



Beriikut ScreenShoot Tahap-Tahap Konfigurasi Hotspot Pada Mikrotik WinBox:

1. Akses Router Mikrotik Anda menggunakan Winbox, masuk pada menu IP > Hotspot > Hotspot Setup.
2. Hotspot Interface. Tentukan interface mana yang akan kita gunakan sebagai jaringan hotspot. Contoh, saya menggunakan ether2, sedangkan ether1 digunakan sebagai internet access (IP Public). Next
3. Local Address of Netwrok. Masukan IP Address yang akan digunakan untuk jaringan Hotspot Anda. Contoh, saya menggunakan IP address dengan prefix 10.10.10.1/24, jangan lupa checklist pada masquerade network. Next
4. Address Pool of Network. Masukan range IP Address yang nantinya akan didapatkan user ketika terhubung dengan jaringan Hotspot kita. Contoh, saya menggunakan range mulai dari 10.10.10.10-10.10.10.254. Next
5. Select Certificate. Biarkan default none. Next
6. IP Address of SMTP Server. Pada kolom ini bisa dikosongkan, karena kita tidak menggunakan SMTP Server. Next
7. DNS Server. Masukan DNS Server sesuai ISP yang Anda gunakan, atau dapat menggunakan DNS Google 8.8.8.8 dan 8.8.4.4. Contoh, saya menggunakan DNS lokal saya sendiri 192.168.99.99. Next
8. DNS Name. Opsional, bisa diisi atau dikosongkan. Next
9. Name of Local Hotspot User. Masukan username dan password untuk login ke jaringan Hotspot Mikrotik (kita dapat menambahkan user lainnya di menu IP > Hotspot > Users). Next
10. Selesai. Selanjutnya untuk melakukan testing, buka browser ketikan pada Address Bar, Local IP Address Hotspot (ether2) yang telah dibuat tadi. Contoh 10.10.10.1, jika berhasil maka akan muncul halaman login page seperti dibawah ini.
Coba login menggunakan username dan password yang telah dibuat tadi, jika berhasil akan muncul halaman berikut ini:

Jumat, 23 Oktober 2015

Cara Konfigurasi IP Address, DNS, Dan Gateway Pada Router OS

1. Buka Winbox dan masuk ke router. IP Address diberikan sesuai dengan IP yang ada di Laboraturium Jaringan UAD.

2. Buka new terminal dan ketikkan ” system reset configuration” Enter. tunggu hingga ada peringatan router disconnected.

3. Buka kembali Winbox dan masuk ke router.

4. Untuk konfigurasi IP pada router. Pilih menu IP > Address. Pilih tanda “Tambah” untuk menambah IP Address (Gambar 2). Apply dan pilih Ok.

1

2

3


5. Selanjutnya, konfigurasi DNS. Pilih IP>DNS. Ikuti tahap seperti gambar di bawah

4

5

6. Selanjutnya Konfigurasi Gateway. IP>Routes. Tambah ikuti seperti gambar di bawah


6

7

8

Colokkan kabel LAN yang telah terkoneksi ke jaringan sehingga ether1 menjadi able etherable agar dapat terkoneksi ke jaringan.

7. Terakhir adalah pengujian dengan melakukan PING ke website untuk membuktikan sudah terkoneksi atau tidak. Kali ini adalah Google.com atau Google.co.id melalui Terminal di Winbox.

10
Kita sudah berhasil terkoneksi ke jaringan. Terima Kasih

Selasa, 20 Oktober 2015

Perbedaan Mode Wireless Adhoc Dan Infrastruktur

Perbedaan Mode Wireless Adhoc Dan Infrastruktur
Ad hoc
Jaringan Ad Hoc merupakan suatu jaringan yang terdiri dari dua atau lebih perangkat wireless yang berkomunikasi secara langsung satu sama lain. Sinyal yang dihasilkan oleh interface adapter Jaringan Wifi adalah berarah Omni keluar ke rentang jangkauan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, dan juga sifat dari perangkat yang terlibat. Jangkauan ini disebut sebagai suatu area layanan dasar (BSA  Basic Service Area).
Contoh:
Point To Point

Infrastruktur
Jaringan infrastructure merupakan jaringan yang menggunakan suatu piranti Wifi yang disebut Access Point (AP) sebagai suatu bridge antara piranti wireless dan jaringan kabel standard. Konsep jaringan infrastruktur dimana untuk membangun jaringan ini diperlukan wireless lan sebagai pusat. Wireless lan memiliki SSID sebagai nama jaringan wireless tersebut, dengan adanya SSID maka wireless lan itu dapat dikenali. Pada saat beberapa komputer terhubung dengan SSID yang sama, maka terbentuklah sebuah jaringan infrastruktur.

Contoh:
Point To Multipoint








Polarisasi Antena
 Polarisasi Antena Vertikal
Penggunaan posisi vertikal adalah untuk koneksi jarak jauh dan sudut LOS (Ligth Of Sight) yang kecil.

Polarisasi Horizontal
Penggunaan posisi horizontal adalah untuk koneksi jarak dekat dengan sudut LOS yang besar. Kelebihah posisi vertikal adalah jangkauan yang jauh tetapi kekurangannya beamnya sangat kecil sehingga saat pointing harus benar-benar pas dan butuh kesabaran yang tinggi. Kelebihanan posisi horizontal adalah beam-nya besar sehingga tidak susah untuk pointing tetapi kekurangannya adalah mudah terkena interfensi dan jarak jangkauannya kurang jauh. Jadi pertimbangkan pemasangan polarisasi antena Wifi anda untuk mendapatkan hasil yang maksimal.


Jenis-Jenis Antena Wireless
Antena Grid
Antena WiFi jenis ini mempunyai bentuk seperti jaring. Cakupan antena grid hanya searah sehingga antena jenis ini biasanya dilengkapi dengan pasangan antena yang dipasang di tempat lain atau antena pemancar sinyal. Antena tersebut diarahkan ke antena pemancar sehingga sinyal yang diterima akan lebih kuat. Fungsi antena grid adalah menerima dan mengirim sinyal data melalui system gelombang radio 2,4 MHz.


Antena Omni
Antena WiFi yang satu ini memiliki bentuk menyerupai tongkat namun lebih kecil. Antena ini mempunyai cakupan yang lebih luas daripada antena Grid. Cakupan antena ini menyebar ke semua arah dan membentuk seperti semacam lingkaran. Jenis antena ini biasanya digunakan pada jaringan WAN dengan tipe konfigurasi Point to Multi Point atau P2MP. Antena Omni berfungsi untuk melayani cakupan area yang luas tetapi dengan jangkauan yang pendek. Dengan jangkauan area yang luas, kemungkinan di area ini juga akan terkumpul sinyal lain yang tidak diinginkan. Jenis antena ini sangat cocok digunakan untuk system koneksi point to multipoint atau koneksi hotspot.

Antena Sectoral
Jenis antena ini hampir sama dengan antena omni. Antena ini mampu menampung hingga 5 klien. Biasanya antena sektoral dipasang secara horizontal maupun tegak lurus.



Antena Yagi
Antena Yagi mempunyai bentuk menyerupai ikan teri. Sama seperti antenna grid, antena ini juga mempunyai cakupan yang searah. Perbedaan utama dari antena Yagi dengan Grid adalah antena ini cukup jarang digunakan dalam jaringan. Biasanya antenna ini akan diarahkan ke pemancar. Antena ini terdiri dari 3 bagian, meliputi driven, reflector, dan director. Driven merupakan titik catu dari kabel antena. Panjang fisik driven biasanya adalah setengah panjang gelombang frekuensi radio yang diterima atau dipancarkan. Reflektor merupakan bagian belakang antena yang digunakan untuk memantulkan sinyal. Panjang fisik reflector biasanya lebih panjang dari driven. Sedangkan director merupakan bagian pengarah antenna. Bagian ini ukurannya lebih pendek dari driven.

Antena PVC
Dinamai dengan Antena PVC karena antenna ini bahannya terbuat dari pipa PVC yang kemudian dilapisi dengan aluminium foil. Sebenarnya desain antenna ini merupakan pengembangan dari antena kaleng yang sering berkarat bila dipasang di area outdoor. Keunggulan antena ini adalah tahan cuaca, tidak berkarat, dan mudah pemasangannya. Namun antena ini biasanya hanya digunakan untuk jarak dekat yaitu 200  300 m saja.

Antena 8 Quad
Antena ini termasuk jenis antena sektoral. Pasalnya pola radiasi antena berada satu arah dengan sudut arah yang lebar. Antena 8 Quad cocok untuk antenna access point di mana klien berada di area tertentu.

WajanBolic
ntena ini dinamai dengan Wajan Bolic karena antena ini hampir sama dengan antena parabolic. Antena ini cukup sederhana karena bahan untuk parabolic disc menggunakan wajan atau alat dapur yang sering digunakan untuk memasak. Antena Wajan Bolic berfungsi untuk memperkuat sinyal nirkabel dari hotspot yang karena lokasinya terlalu jauh sulit diterima oleh USB Wireless Adapter jika hanya langsung terhubung dengan laptop atau PC.



























Sumber:
http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/WiFi:_Polarisasi_Antenna
http://sobarudinfile.blogspot.co.id/2014/10/perbedaan-jaringan-ad-hoc-dengan.html
http://mediasharegue.blogspot.co.id/2011/06/polarisasi-pada-antena-wireless.html
http://www.helenturvey.com/jenis-jenis-antena-wifi-serta-fungsinya/

Sabtu, 17 Oktober 2015

Perbedaan ad-hoc dan infrastruktur

1. 
Perbedaan ad-hoc dan infrastruktur
Ad-hoc Adalah sistem peer to peer.
Artinya sebuah komputer dihubungkan dengan sebuah komputer lainnya agar saling mengenal SSID (Service Set Identifier). Jika digambarkan, sistem ini hampIr serupa dengan sistem direct connection. Perbedaanya, sistem direct connection masih menggunakan kabel UTP crossover atau kabel USB.

System infrastruktur Adalah hubungan antar-PC yang menggunakan suatu alat yang bernama Access Point sebagai media penghubung dalam satu area tertentu (coverage). Access point dapat dianalogikan dengan hub pada jaringan kabel.

Penerapan 
untuk akses koneksi ke jaringan nirkabel (Wi-Fi) dapat dilakukan dengan 2 cara menghubungkan antar PC dengan sistem Wi-Fi yaitu adhoc dan infrastruktur. Kedua cara ini memiliki keuntungan dan kelemahan masing masing sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat melakukan pemasangan jaringan wireless sesuai kebutuhan.
2

3.  horizontal


















vertikal
http://2.bp.blogspot.com/-JfFEVBFdKLc/UN_tW2nldZI/AAAAAAAACek/CNWBZZq_8R4/s1600/Pemasangan-antena-dalam-polarisasi-horisontal.gif

Rabu, 07 Oktober 2015

Tutorial Menginstal Mikrotik Di Virtual Box Dan Generate License Level 1

OK, sebelum kita melangkah lebih jauh cara instal mikrotik di virtual box alangkah baiknya kita persiapakan
hal-hal yang perlu disiapkan antara lain :
iso mikrotik
– virtual box
– winbox
– dan tentunya sudah punya akun di mikrotik.com #kloBlomSegeraDaftarYaaaa
well, kita praktek yaaaakkkkk :D :D
pertama, buka virtual box dan buat device baru, misal : praktikum



kedua, virtual machine yang telah dibuat, klik start, maka akan muncul seperti ini (untuk password nggak usah diisi —> enter) :
ketiga, sekarang buka winboxnya, pilih system —> license
keempat, kalo udah daftar di mikrotik.com akan ada email dari mikrotik yang berisi software id. copy software idnya.

kelima, setelah dicopy, buka account yang didaftar di mikrotik, klik yang make a demo key, kemudian pastekan software idmu ke kolom software id. klik next akan muncul software keynya.
klik save change and finish. Buka wonboxnya sudah berubah menjadi level 1.

Kamis, 18 Juni 2015

Reptor


Mengkonversi bilangan desimal ke biner

#include <iostream>
#include <conio>

//Variabel Global antar fungsi
unsigned int bil2,bit2;

void konversi (unsigned int bil2){

//Deklarasi fungsi untuk algoritma pertama

if (bil2>1) {
 konversi(bil2/2);
}

bit2 = bil2 % 2;
cout << bit2 << "  ";

}

void main () {

//Algoritma pertama

cout << "Masukkan bilangan desimal : ";
cin >> bil2;

konversi(bil2);

cout << endl << endl;
getch();

}

Rabu, 20 Mei 2015

3D visual studio 2008

#include <windows.h>
#include <stdio.h>
#include <stdlib.h>
#include <string.h>
#include <stdarg.h>
#include <glut.h>
//#include <glu.h>
#include <iostream>

 
 void init(void)
{
   glClearColor (0.0,0.0,0.0,1.0);
   glShadeModel (GL_FLAT);
}
 float _angle = 45.0f;
//draws the 3D scene
void display(void)
{
   glClear (GL_COLOR_BUFFER_BIT|GL_DEFTH_COLOR_BUFFER_BIT)
   glColor3f (1.0, 1.0, 1.0);
   glLoadIdentity ();
   gluLookAt (0.0, 2.0, 5.0, 0.0, 0.0, 0.0, 0.0, 1.0, 0.0);

   //kubus 1
   glTranslatef(0.0,0.0,0.0);
   glColor3f(1.0,0.0,0.0);
   glutWireCube(0.6);

   //kubus 2
   glTranslatef(0.0,-0.6,0.0);
   glColor3f(0.0,1.0,0.1);
   glutWireCube(0.6);

    //poci
   glTranslatef(0.0,0.6,0.0);
   glColor3f(0.0,1.0,0.0);
   glutWireTeapot(0.2);

   //kubus 3
   glTranslatef(0.6,-0.6,0.0);
   glColor3f(1.0,1.0,0.0);
   glutWireCube(0.6);

    //kubus 4
   glTranslatef(0.6,0.0,0.0);
   glColor3f(1.0,1.0,1.0);
   glutWireCube(0.6);

    //kubus 5
   glTranslatef(0.6,0.0,0.0);
   glColor3f(1.0,0.0,1.0);
   glutWireCube(0.6);

    //kubus 6
   glTranslatef(0.0,0.6,0.0);
   glColor3f(0.0,0.0,1.0);
   glutWireCube(0.6);

   //poci
   glTranslatef(0.0,0.0,0.0);
   glColor3f(0.0,1.0,1.0);
   glutWireTeapot(0.2);

   //ring
   glRotatef(_angle, 0.0f, 1.0f, 1.0f);
   glTranslatef(-1.0,1.0,0.0);
   glColor3f(0.0,0.0,1.0);
   glutWireTorus(0.09,0.4,40,40);

 
 





   glFlush ();
   glutSwapBuffers();//send the 3D scene to the screen
}
void update(int value){
_angle += 9.0f;
if(_angle > 360){
_angle -= 360;
}
glutPostRedisplay();//tell glut that the display changed
//Tell glut to call update
glutTimerFunc(30, update, 0);
}
void reshape (int w, int h)
{
   glViewport (0, 0, (GLsizei) w, (GLsizei) h);
   glMatrixMode (GL_PROJECTION);
   glLoadIdentity ();
   glFrustum (-1.0, 1.0, -1.0, 1.0, 2.0, 20.0);
   glMatrixMode (GL_MODELVIEW);
}
int main(int argc, char** argv)
{
   glutInit(&argc, argv);
   glutInitDisplayMode (GLUT_SINGLE | GLUT_RGB);
   glutInitWindowSize (500, 500);
   //glutInitWindowPosition (100, 100);
   glutCreateWindow (argv[0]);
   init ();
   glutDisplayFunc(display);
   glutReshapeFunc(reshape);
   glutTimerFunc(25, update,0);
   glutMainLoop();
   return 0;
}

Selasa, 19 Mei 2015

KOMBINASI DAN PERMUTASI

arieuad@gmail.com
#include <cstdlib>
#include <iostream>

using namespace std;
int fak(int nilai)
{
int hasil = nilai;
while (nilai>1)
{
hasil = hasil * (nilai-1);
nilai = nilai -1;
}
return hasil;
}

class Madis{ //deklarasi kelas
      public:
             void pilih(); //pendeklarasian fungsi pilihan
             void permutasi(); //pendeklarasian fungsi permutasi
             void kombinasi(); //pendeklarasian fungsi kombinasi
      private:
              int q[100];
};
void Madis::pilih(){
    int n;
   
    cout<<"\n1. Permutasi\n2. kombinasi";
    cout<<"\n\npilihan anda : ";
    cin>>n;
    switch(n)
    {
    case 1:(n==1);permutasi();
    break;
    case 2:(n==2);kombinasi();
    break;
    case 3 :cout<<"\n\n***selesai***\n\n";
    break;
}}

void Madis::permutasi(){
// system("cls");
    int n,N,k,K,p;
    cout<<"\nMasukkan nilai n=";cin>>n;
    cout<<"Masukkan nilai r=";cin>>k;
    if(k>n){cout<<"\nNilai r harus kutang dari [1] n";permutasi();}
    p=n-k;
    N=fak(n);K=fak(p);
    cout<<"\nMaka hasil permutasi : "<<N/K;
    cout<<"\n\n";pilih();
}
void Madis::kombinasi(){
// system("cls");
    int n,N=1,k,K=1,p,P=1;
    cout<<"\nMasukkan nilai n=";cin>>n;
    cout<<"Masukkan nilai r=";cin>>k;
    if(k>n){cout<<"\nNilai r harus kutang dari [2] n";permutasi();}
    p=n-k;N=fak(n);K=fak(k);cout<<"\n(n-r)!-> ";P=fak(p);
    cout<<"\nMaka hasil kombinasi : "<<N/(K*P);
    cout<<"\n\n";pilih();
}
int main(int argc, char *argv[]) //fungsi main
{
Madis z;
z.pilih();
system("PAUSE");
return EXIT_SUCCESS;
}

Selasa, 12 Mei 2015

This program is to implement dijkstra’s algorithm using colour codes

#include<iostream>
#include<stdlib.h>
#define MAX 20
#define INFINITY 9999
using namespace std;
class dijkstra{
      private:
               int n;
               int graph[MAX][MAX];
               int colour[MAX];
               int start;
               int distance[MAX];
               int predecessor[MAX];
               enum {green,yellow,red};
      public:
             void read_graph();
             void initialize();
             int select_min_distance_lable();
             void update(int);
             void output();
             void function();
      };
void dijkstra::read_graph()
{
     cout<<"Enter the no. of nodes in the graph ::";
     cin>>n;
     cout<<"Enter the adjacency matrix for the graph ::\n";
     int i,j;
     for(i=1;i<=n;i++)
     for(j=1;j<=n;j++)
     cin>>graph[i][j];
     for(i=1;i<=n;i++)
     colour[i]=green;
     cout<<"Enter the start vertex ::";
     cin>>start;
}
void dijkstra::initialize()
{
     for(int i=1;i<=n;i++)
     {
             if(i==start)
             distance[i]=0;
             else
             distance[i]=INFINITY;
             }
     for(int j=1;j<=n;j++)
     {
             if(graph[start][j]!=0)
             predecessor[j]=start;
             else
             predecessor[j]=0;
             }
                              }
int dijkstra::select_min_distance_lable()
{
   
    int min=INFINITY;
    int p=0;
    for(int i=1;i<=n;i++)
                          {
    if(colour[i]==green)
                        {
    if(min>=distance[i])
                        {
                        min=distance[i];
                        p=i;
                        }
                         }
                          }
return p;
}     
void dijkstra::update(int p) // p is a yellow colour node
{
     cout<<"\nupdated distances are ::\n";
     for(int i=1;i<=n;i++)
     {
     if(colour[i]==green)
     {
     if(graph[p][i]!=0)
     {
     if(distance[i]>graph[p][i]+distance[p])
     {
     distance[i]=graph[p][i]+distance[p];
     predecessor[i]=p;
     }
           }
                      }
                      cout<<distance[i]<<'\t';
                      }
                       }
void dijkstra::output()
{
     cout<<"****** The final paths and the distacnes are ******\n\n";
     for(int i=1;i<=n;i++)
     {
         if(predecessor[i]==0 && i!=start)
         {
         cout<<"path does not exists between "<<i<<" and the start vertex "<<start<<endl;
         exit(1);
         }
         cout<<"path for node “<<i<<” is ::\n";
         int j=i;
         int array[MAX];
         int l=0;
         while(predecessor[j]!=0)
         {
         array[++l]=predecessor[j];
         j=predecessor[j];
         }
         for(int k=l;k>=1;k=-k)
         cout<<array[k]<<"->";
         cout<<i<<endl;
         cout<<"distance is "<<distance[i]<<endl<<endl<<endl;
         }
         }

void dijkstra::function()
{
    
     cout<<"\n**********************************************************************\n";
     cout<<"This program is to implement dijkstra’s algorithm using colour codes \n";
     cout<<"**********************************************************************\n\n";
     read_graph();
     initialize();
     //repeate until all nodes become red
     int flag=0;
     int i;
     cout<<"\n\n******** The working of the algorithm is **********\n\n";
     for(i=1;i<=n;i++)
     if(colour[i]!=red)
     flag=1;
     cout<<"The initial distances are ::\n";
     for(i=1;i<=n;i++)
     cout<<distance[i]<<'\t';
     cout<<endl;
     while(flag)
                {
                int p=select_min_distance_lable();
                cout<<"\nThe min distance lable that is coloured yellow is "<<p;
                colour[p]=yellow;
                update(p);
                cout<<"\nnode "<<p<<" is coloured red "<<endl;
                colour[p]=red;
                flag=0;
                for(i=1;i<=n;i++)
                if(colour[i]!=red)
                flag=1;
                cout<<endl<<endl<<endl;
                }
                output();
}

int main()
{
dijkstra d;
d.function();
}